Selasa, 07 April 2015

Pentingnya Tarbiyah

 
Tarbiyah Islamiyah
Adakah yang tahu tarbiyah itu apaa???? Kalo lum tahu, coba kita ulas “sedikit” tentang tarbiyah ini……. Menurut Abdurrahman An-Nahlawi ada tiga akar kata untuk tarbiyah. Rabaa-yarbu yang bermakna bertambah dan berkembang. Rabiya-yarba yang bermakna tumbuh dan berkembang. Rabba-yarubbu yang bermakna memperbaiki, mengurusi, mengatur, menjaga dan memperhatikan. Bagi gerakan yang didirikan Hasan Al Banna, tarbiyah memiliki sedikitnya tiga makna. Ia berakar dari kata Rabaa, Yarbuu, tumbuh. Tarbiyah menumbuhkan seseorang dari kekanakan ruh, kekanakan akal, dan kekanankan jasad menuju kematangan dan kedewasaan. Rabiya, Yurbii, berkembang. Tarbiyah mengembangkan manusia muslim dalam kemampuan-kemampuan yang dibutuhkannya menjalani kehidupan. Yaitu sebagai abdullah dan khalifah. Rabba, Yarubbu, memberdayakan. Ia yang telah tumbuh dan berkembang, harus diarahkan untuk berdaya guna. Kita telah menjadi mutarabbi, memiliki murabbi, halaqah, jadwal liqa’ pekanan, dan lainnya. Namun apakah kita telah tarbiyah karena alasan-alasan tersebut? Apakah kita telah berubah? Apakah kita telah memiliki kemampuan mengubah? Sejauh manakah kita telah merasakan sakitnya perubahan? Sejauh mana pula kerelaan kita untuk berubah? Atau kita tetaplah kita yang dulu, tak berubah karena tarbiyah dan
tak mengubah tarbiyah.

PENGERTIAN TARBIYAH (Kadang dikenal istilah Liqo’ juga)
  • Ada beberapa kata dalam bahasa arab yang searti dan senada dengan kata tarbiyah yaitu : ziyadah (penambahan), nas’ah (pertumbuhan), taghdiyyah (pemberian gizi), ri’ayah (pemeliharaan) dan muhafazhah (penjagaan).
  •  Atau bila dilihat dari kaidah ilmu nahwu berasal dari kata raba-yarbu (tumbuh berkembang), rabiya-yarba (tumbuh secara alami) dan rabba-yarubbu (memperbaiki, meningkatkan).
  • Pendidikan Islam mengarahkan kehidupan seorang muslim berkembang dan terus semakin matang. Sikap, perilaku, dan gaya hidupnya bersifat spesifik islami yang berinteraksi secara posiif, baik internal maupun eksternal. Sehingga ia dapat memancarkan arus Islam si tengah-tengah lingkungannya. Ia menjadi manusia yang tangguh yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai arus kehidupan yang melandanya. Tegasnya ia menjadi muslim yang muttaqin.
Seseorang dikatakan tertarbiyah bukan hanya karena dia udah punya murobi atau dah punya agenda “pekanan” aja… kalo Cuma itu kayaknya terlalu dikit dah… Oke… mari kita cek apa aja parameter2 yang bisa kita jadiin acuan buat kita evaluasi diri… apakah kita sudah tertarbiyah ato belon. Disini hanya akan diungkap delapan parameter aja, kalo misalnya ada tambahan silahkan ditambahkan… oke2. Istilah tarbiyah mungkin sudah akrab dengan kehidupan kita. Mungkin pula ia telah menjadi bagian penting dalam hidup kita. Atau mungkin, ia telah memakan seluruh waktu dan tenaga yang kita miliki. Lalu, seperti apakah tarbiyah?  Eko Novianto, dalam refleksi mutarabbi menjelaskan,  kita telah tarbiyah bila kita:
  • Yang pertamax “kita sudah tarbiyah jika kita terbuka terhadap perubahan” maksudnya adalah, ketika kita sudah tertarbiyah harusnya kita terbuka terhadap perubahan, hasil akhir dari semua proses pembelajaran adalah PERUBAHAN. Sikap terbuka dan mampu beradaptasi menjadi syarat utama seorang kader dakwah,  Seperti ulat, insan-insan tarbiyah bagaikan makhluk yang senantiasa bermetamorfosis. Ulat tarbiyah bukanlah ulat yang bertahan menjadi ulat. Ulat tarbiyah adalah ulat yang rela meninggalkan lezatnya dedaunan untuk sebuah masa depan. Bagaikan ulat yang berubah menjadi kepompong lalu menjadi kupu2, seorang insan tarbiyah harus selalu bermetamorfosis untuk berubah menjadi lebih baik. Yang jadi masalah adalah, ada beberapa insan tarbiyah yang sudah terlanjur besar di zona “nyaman” dan kadang sulit untuk berubah ketika kondisi lingkungannya sudah tak lagi “nyaman”
  • The second is “kita sudah tarbiyah jika mampu bersikap tegas dan menghindarkan diri dari sikap agresif, sebagai insan tarbiyah seharusnya kita menjadi insan yang tegas, bukan agresif. Menjadi insan yang tegas tidak harus menumbuhkan agresivitas. Produk dari tarbiyah adalah insan yang tegas dalam prinsip, memiliki determinasi yang tinggi, sabar dan ulet. Serta tidak dapat diprovokasi untuk hal yang kontraproduktif.  Para insan tarbiyah harus menyadari urgensi siasat jangka panjang dan penjagaan determinasi terhadap dakwah, oleh karena itu produk insan tarbiyah adalah tegas dalam prinsip,memiliki determinasi yang tinggi, sabar dan ulet, serta tidak dapat di provokasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang destruktif. Kita tak boleh menjelek-jelekkan lawan atau memfitnah rival atau bahkan menciderai kompetitor.
  • Yang ketiga adalah”kita sudah tarbiyah jika kita menjadi pribadi yang proaktif”, maksud disini adalah, kita sebagai insan tarbiyah harus menjadi pribadi-pribadi yang proaktif dalam hal yang bermanfaat, seperti yang dipesankan oleh Nabi kita Muhammad SAW “bersungguh-sungguhlah kamu dalam hal yang memberikan manfaat dan janganlah kamu lemah/mudah menyerah”.
  • The fourth is “kita sudah tarbiyah kalo sudah menjadi pribadi yang mawas diri”, kita tak boleh jadi pribadi yang gampang menyalahkan orang lain, justru sebagai insan tarbiyah kita harus menjadi pribadi yang mawas diri, sadar behwa setiap manusia dapat melakukan kesalahan, jangan sampai kita dapat melihat anak kuman di ujung sana tapi tak dapat melihat gajah didepan mata. Komunitas tarbiyah adalah kumpulan manusia yang memiliki sedikit kelebihan dan bertumpah ruah kelemahannya, tapi kita tak boleh menonjolkan kelemahan orang lain dan selalu menyembuhkn kelemahan diri.
  • Keempat, menjadi pribadi yang memiliki sikap mawas diri. Yaitu pribadi yang tidak mudah menyalahkan orang lain bukan manusia yang tergantung pada orang lain. Menilik kembali sejarah, ternyata para pahlawan kita memiliki jiwa merdeka dan jauh dari intervensi siapapun.. Pribadi yang sangat sadar bahwa sebuah jamaah dakwah apapun adalah institusi manusia dengan segenap kemanusiannya. Sehingga proses tarbiyah dengan segenap sarananya haruslah sangat dekat dengan pelajaran-pelajaran mawas diri.
  • Kelima menjadi pribadi yang mandiri. Yaitu bukan manusia yang tergantung pada orang lain. Menilik kembali sejarah, ternyata para pahlawan kita memiliki jiwa merdeka dan jauh dari intervensi siapapun.
  • Keenam, sosok yang berperasaan, tapi tidak emosional. Kita siap menghadapi ujian, serta tidak mudah terpukul oleh sebuah kegagalan. Konon, dalam setiap menyongsong pertempuran, para samurai selalu menyiapkan diri untuk kalah.
  • Ketujuh, sanggup belajar dari kesalahan. Seseorang yng menjadikan kesalahan yng dilakukannya sebagai salah satu cara untuk belajar. Terpukul dan sakit adalah hal yang wajar ketika seseorang melakukan kesalahan. Hal yang tidak wajar adalah perasaan sakitnya membunuh kemampuan belajarnya.
  • Kedelapan, hidup dimasa sekarang, bersikap realistis dan berfikir relatif. Tentunya kita tidak menjadi bagian dari masa lalu, dan menjadi pribadi yang mampu berpikir realistis dan memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan konsep atau idealismenya di dunia ini. Semoga kita semua betul-betul bisa memaknai tarbiyah. Jangan sampai kita telah memiliki asfek formal tarbiyah (Murabbi, liqa pekanan, mendapat materi yang berkelanjutan) tetapi belum mencerminkan hasil yang diharapkan. Sebagaimana sosok yang sama persis dengan pribadi yang diinginkan tarbiyah.
ALASAN PERLU TARBIYAH : DARI ASPEK INTERNAL AJARAN ISLAM
  • Ar-Rasul membimbing umat manusia untuk keluar dari kebodohan.Dengan ciri-ciri : kebodohan (ajahl), kehinaan (Dzillah), kemiskinan (faqr) dan perpecahan (tanafur).
  • Kondisi umat Islam sekarang tidak memahami Islam itu sendiri sehingga akhirnya terjebak dalam kondisi kejahiliyahan modern dengan kesesatan yang lebih dahsyat dan nyata (QS.3:164) sehingga umat Islam berada pada tahap pengkeroposan yang diakibatkan oleh : a). kecintaan pada dunia yang berlebihan dan takut mati. b). saling berpecah belah c). mengkotak-kotakan ajaran Islam d). penyimpangan ajaran Islam seperti meng-sipilis-mekan (sekularesme,pluralisme dan liberalisme) Islam e). terbelenggu sinkritisme berbau TBC (tahayul, bid’ah & churofat) f). meninggalkan jihad.
  • Jalan keluar dari kesesatan salah satunya melalui pembinaan yang didalamnya diajarkan tilawah (dibaca & dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta’limul kitab wal hikmah (belajar Al-qur’an dan hadits) (QS. 2:151). Sehingga akan memperoleh nikmat yang akan mengantarkan kepada khoiru ummah (QS.3:110) dengan ciri-ciri : berpengetahuan (ilmu), terhormat (izzah), kekayaan (ghina) dan persaudaraan (ukhuwah).
DARI ASPEK INDIVIDU.
  • Hakikat jiwa yang membutuhkan pembinaan (QS.91:8-10), hakikat jiwa tersebut menghadapi persoalan : secara fitrah jiwa yang pada dirinya terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan kepada dosa.
  • Adanya musuh bebuyutan (2:168-169) yang tidak hanya membuat perencanaan yang matang tapi juga merealisasikan (5:82) yang keduanya bagian dari langkah syetan (35: 6). Untuk menangkal serangan musuh diperlukan amal jama’i dikalangan kaum muslimin tak akan terjadi kecuali jika didahului oleh tarbiyah.
PERANAN TARBIYAH DALAM KEHIDUPAN
  • Peranannya dalam penerapan system Islam.(4:65)
  • Menjamin konsistensi muslim terhadap jamaahnya. (18:28)
  • Membentuk generasi Islami, keluarga Islami dan peradaban Islami. (3:110, 2:143,3:104)
  • Menumbuhkan kemakmuran yang penuh berkah (QS 7:96).
  • Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.(QS.106:3-4, 89:27-28)
  • Kebutuhan kemanusiaan.
  • Kewajiban agama.(9:122,2:174, 17:36,58:11, 66:6)
CIRI-CIRI TARBIYAH
  • Apa yang dilakukan semata-mata mencari ridho Allah dan memakmurkan bumi dengan aturan Allah (Rabbaniyah).
  • Menggunakan sarana dan akhlak islami (Akhlaqiyyatu al-wasa’il).
  • Pembinaan secara menyeluruh antara potensi akal, jasad dan ruh manusia (Syumuliyah)
TUJUAN TARBIYAH :
  • Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar.
  • Membentuk kepribadian muslim secara utuh.
  • Menumbuhkan harga diri dan pribadi yang tidak mudah dipecah belah
  • Keimanan dan ketakwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang penuh berkah.
  • Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.
Setidaknya ada dua alasan mengapa tarbiyah Islamiyah menjadi hal yang sangat penting.
Pertama, ditinjau dari aspek internal ajaran Islam, dan kedua, ditinjau dari aspek individu umat Islam.
Aspek Internal Ajaran Islam
  • Rasul diutus oleh Allah ke dunia ini adalah untuk mengeluarkan manusia dari kejahiliyahan, dan menjadikannya sebagai khairu ummah. Untuk melaksanakan tugas ini, Rasulullah melaksanakan sebuah metode pendidikan (tarbiyyah) yang bermula dari tilawah, kemudian tazkiyyah, dan setelah itu ta’limul kitab wal hikmah (2:151, dan 62:2).
  • Metode ini kami anggap paling tepat (atau bahkan baku) sebab, ketika Nabi Ibrahim AS berdoa kepada Allah: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka (anak cucu kami) seorang rasul dari kalangan mereka, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (2:129), Allah menjawabnya dengan; “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepadamu, mensucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah, serta mengajarkan kepadamu apa-apa yang belum kamu ketahui” (2:151). Pada do’a Nabi Ibrahim ta’limul kitab wal hikmah mendahului tazkiyyah dan pada jawaban Allah tazkiyyah mendahului ta’limul kitab wal hikmah.
  • Metode ini terbukti mampu mencabut akar-akar kejahiliyahan dari dada ummat dan kemudian menjadikannya sebagai ummat yang terbaik.
  • Setelah jahiliyyah berhasil ditumbangkan pada masa rasul, ada yang beranggapan bahwa jahiliyyah tidah akan pernah muncul lagi. Seolah-olah, menurut mereka, jahiliyyah merupakan salah satu fase sejarah yang telah lampau dan tidak akan terulang lagi.
  • Salah bukti adanya anggapan (pandangan) ini adalah adagium yang dikembangkan oleh Dunlop, yang menyatakan: “Orang-orang Arab pada masa jahiliah suka menyembah patung dan berhala, menguburkan anak perempuan hidup-hidup, suka minum khamr dan main judi, suka merampok dan menodong. Lalu datanglah Islam untuk melarang semua itu.”
  • Apa yang salah dari ungkapan di atas? Selintas ungkapan itu benar adanya. Islam diturunkan untuk menghancurkan kejahiliahan. Tetapi kalau dicermati secara lebih teliti, ungkapan yang dimuat dalam planning pendeta yang datang ke Mesir pada masa pendudukan Inggris itu, mengandung maksud untuk menggambarkan bahwa misi Islam telah selesai dan tak ada lagi peranan yang bisa dilakukan oleh Islam untuk kaum muslimin dan umat manusia lainnya.
  • Untuk mengembalikan perjalanan sejarah kehidupan manusia dari kesalahan arah, diturunkanlah Islam dari sisi Allah SWT yang membawa misi untuk mengeluarkan manusia dari kungkungan lingkaran jahiliah menuju pencerahan kehidupan manusia berlandaskan petunjuk Allah. Sebagaimana telah kami sebutkan di awal pembahasan ini, misi itu direalisasikan dengan suatu proses, sebagaimana firman Allah QS 2:151, “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami keapada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. Proses itu adalah tarbiyah Islamiyah atau pembinaan yang terdiri dari langkah-langkah tilawah (membaca/dibacakan), tazkiyah (pembersihan diri) dan ta’limul kitab wal hikmah (Al Quran dan Sunnah)
  • Hanya dengan proses tarbiyah seperti itulah kita akan memperoleh nikmat yang mengantarkan kita menuju khairu ummah “Kamu adalah sebaik-baik ummah yang dikeluarkan untuk manusia. Kamu menyuruh berbuat kebaikan, melarang berbuat kemungkaran dan kamu beriman kepada Allah.” (Ali ‘Imran: 110) yang memiliki ciri-ciri; ilmu (pengetahuan/pemahaman), ‘izzah (terhormat), ghina (kekayaan), ukhuwah (persaudaraan).
Aspek individu
Dilihat dari sudut individu, manusia membutuhkan tarbiyah islamiyah karena dua hal;
1) Hakikat Setiap Jiwa Manusia Membutuhkan Pembinaan
  • Hakikat jiwa manusia selalu menghadapi dua persoalan, yaitu internal dan eksternal. Secara internal, fitrah jiwa manusia senantiasa berada pada persimpangan jalan, jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah oarng yang mengotorinya” (91:8-10). Untuk bisa tetap bertahan pada jalan yang lurus (jalan takwa) manusia memerlukan pengawalan ketat secara terus-menerus. Hal ini hanya bisa terlaksana dengan tarbiyah islamiyah, yang senantiasa memastikan setiap individu berjalan di atas jalan ketakwaan.
  • Kalau boleh diibaratkan, jiwa manusia adalah seperti kereta yang ditarik oleh lima kuda. Kelima kuda itu adalah penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman. Setiap hari dan setiap saat kereta ini ditarik sesukanya oleh kuda penglihatan, kuda pendengaran, dan kuda-kuda indera lainnya. Kalau jiwa ini dibiarkan saja ditarik secara liar kesana kemari oleh kuda-kuda indera ini, ia akan selalu dalam kondisi kebingungan, tanpa arah, dan tidak tahu tujuan. Nafsu kalau dibiarkan akan menarik manusia menjauhi fitrahnya.
  • Oleh karena itu, kereta jiwa ini harus dikendalikan oleh kusir yang selalu memegang kendali kuda-kuda liar indera. Ia akan menundukkan pandangan manakala kuda penglihatan menarik kereta jiwa ke jalan mengumbar mata. Ia akan menutup telinga ketika kuda pendengaran mengajaknya mendengarkan perkataan yang mengotori jiwanya. Ia akan menghentikan langkahnya, ketika nafsu berusaha memerosokkan ke jurang dosa. Ia akan mengendalikan semuanya.
  • Namun itu bukan perkara mudah. Bahkan sang kusir kadang tidak mampu berbuat banyak, ketika kuda-kuda ini menariknya secara liar. Agar sang kusir ini mampu mengendalikan kudanya, ia harus dilatih dan dididik. Ia harus ditarbiyah.
2) Realitas Ummat Dewasa Ini Yang Terserang Virus Ghutsai.
  • Seharusnya umat ini berjaya, dan memang mereka dilahirkan ke dunia untuk itu. Tetapi dewasa ini, kenyataannya tidaklah demikian. Kaum muslimin kini terpuruk dan terpinggirkan. Hampir di seluruh sisi kehidupan, mereka kehilangan peran utama. Umat ini lebih mirip dengan buih yang tidak punya arus. Persis seperti apa yang pernah diprediksi oleh Rasul.
  • “Akan datang suatu masa di mana umat-umat lain akan memperebutkan kalian, sama seperti anjing-anjing yang memperebutkan makanan” demikian rasul pernah bersabda kepada para sahabatnya. Salah seorang sahabat bertanya, “Apakah karena jumlah kita sedikit ketika itu?” Rasulullah menjawab, “(Tidak) bahkan ketika itu sangat banyak, tetapi kalian itu bagai buih yang mengapung di atas arus air. Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kalian rasa takut terhadap kalian, dan sungguh Allah akan menanamkan wahn dalam hati kalian.” Salah seorang bertanya, “Apakah wahn itu wahai Rasulullah”? Rasululllah menjawb, “Cinta dunia dan takut mati.”
  • Itulah “virus” mematikan, yang lazim disebut virus buih (ghutsai). Virus ini membuat ummat islam menjadi ringan timbangannya, menjadikannya tidak punya arus. Virus ghutsai menyebabkan kaum muslimin menjadi santapan yang nikmat bagi para taghut (musuh-musuh Allah SWT). Penyebab timbulnya virus ghutsai ini adalah kecintaan kaum muslimin kepada dunia sekaligus membenci kematian.
  • by:http://jejaktarbiyah.blogspot.com/2012/04/pentingnya-tarbiyah-islamiyah-liqo.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar