Jumat, 31 Oktober 2014

Sang Idola Dunia





Penulis
Rasulullah Teladan Kita

Masih teringat waktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Namun lupa waktu itu kelas berapa. Hehehehe.. disela-sela proses belajar, Pak Guru bertanya kepada seluruh murid tentang siapa idola kami. Ada teman yang menjawab ibunya, ada juga yang menjawab Pak Presiden dan ada juga yang menjawab H. Rhoma Irama..hehehe.. yaah namanya juga anak SD masih polos-polos..Mendengar jawaban kami, Pak Guru hanya tersenyum kemudian menjelaskan siapa idola kami sesungguhnya. “Anak-anak sekalian, idola kita umat Islam bukan Ibu kita, bukan juga Pak Presiden, apalagi Pak H. Rhoma Irama, tapi idola kita adalah Nabi Muhammad saw”.
Begitu mulianya Sang Nabi, hingga di SD pun kita diajarkan siapa sesungguhnya idola umat Islam. Namun, apa yang terjadi di zaman modern saat sekarang ini? Ajaran artsi-artis lebih diutamakan daripada melaksanakan perintah Rasulullah saw. artis-artis lebih diutamakan dan Nabi Muhammad dinomor duakan. Inilah fenomena-fenoma yang terjadi di zaman ini, sehingga umat Islam mundur baik secara ibadah maupun akhlak.
Pada malam yang diterangi oleh cahaya sang rembulan, tepatnya pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun 570 M atau dikenal dengan tahun gajah, hadirlah ke tengah umat manusia seorang bayi yang yang suci lagi mulia yang diberi nama oleh keluarganya dengan panggilan Muhammad.
Para sejarawan menyebutkan tahun masehi sebagai penanggalan terhadap kelahiran Nabi Muhammad saw. sementara sebagian mereka ada pula yang menetapkan penanggalannya dengan menyebut tahun lian, yaitu ‘tahun Gajah’ sebagai tradisi penaggalan yang digunakan oleh orang-orang Quraisy dan bangsa Arab pada masa itu.
Ada peristiwa apa dibalik nama tahun gajah? Gajah merupakan simbol terhadap agresi yang dilancarkan oleh Abrahah al-Habsyi terhadap Mekkah al-Mukarramah dalam misinya menghancurkan Ka’bah dan memaksa penduduknya dan orang-orang Arab yang lain untuk berhaji (ziarah) ke tempat ibadah yang ia bangun di Shan’a dengan sangat megah dan dihiasi dengan keramik, emas dan permata. Abrahah adalah seorang penguasa Yaman pada saat itu. Kepemimpinannya berada dibawah kekuasaan Raja Abbisina.
Rasulullah saw sudah menjadi yatim piatu sejak ia masih kecil, yaitu pada usia enam (6) tahun. Ayah Rasulullah saw meninggal pada saat Ia masih dalam kandungan ibunya. Pada usia enam (6) tahun ibunya kembali dipanggil menghadap oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pada masa yatim piatu Ia kembali kepada kakeknya Abdul Muthalib di kota Mekkah. Dari kakeknya itulah Ia banyak mendapatkan kelembutan dan kasih sayang, sang kakek akan akan melakukan apa pun untuk menghibur Nabi sepeninggal orang tuanya. Hingga sang kakek selalu membawa pada pertemuan-pertemuan dengan para pemuka Mekkah disekitar Ka’bah. Namun Abdul Muthalib pada saat itu sudah berusia lebih dari seratus tahun. Sehingga dua tahun setelah wafatnya ibunya Siti Aminah, sang kakek pun sekaligus pemuka ternama kota Mekkah saat itu meninggal dunia.
Setelah sang kakek meninggal dunia, Ia kembali diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Seorang paman yang jasanya begitu besar dan tidak dapat dipungkiri terhadap Nabi dan dakwah dalam Islam. Abu Thalib memutuskan untuk mengasuh anak saudaranya yang telah yatim piatu. Ia memberikan perhatian yang tulus, penuh dengan kasih sayang, kelembutan dan perlindungan sehingga banyak menghibur Nabi hingga detik akhir dari usianya.
Nabi Muhammad saw. tidak pernah duduk di bangku sekolah, institut atau pusat kajian agama dalam bentuk apa pun. Pelajaran tulis-menulis pada saat itu diberikan sangat terbatas dan hanya diperuntukkan bagi anak-anak para pemuka Quraisy yang kaya raya. Meskipun nama Abu Thalib cukup terkenal dikalangan Quraisy, namun Ia tidak terkenal karena kekayaannya. Sang Nabi meskipun tidak sekolah, tapi Ia merupakan anak yang cerdas pada masa itu. Ia tidak mau menjadi beban bagi pamannya. Maka dari itu, ia tidak merasa gengsi untuk menggembalakan kambing orang Quraisy walau hanya dengan upah yang sedikit. Inilah bentuk kesyukuran sang Nabi atas nikmat yang diberikan oleh Allah kepadanya. Kematangan peribadi Nabi Muhammad memang melampaui usianya sekaligus juga jauh terlihat berbeda dengan anak-anak sebayanya. Muhammad telah tumbuh menjadi remaja yang cerdas, ulet dan tangguh. Ia cerdas, sopan, dan suka menolong orang yang membutuhkan pertolongan.
Pada usia 13 tahun, ia berangkat bersama pamannya dalam sebuah ekspedisi perdagangan menuju Syiria. Ia membantu sang paman berdagang dan banyak belajar darinya serta mendapatkan pengalaman yang luar biasa dari perjalanan berdagang tersebut. Ketika dilihatnya sang paman sudah menunggangi kudanya, ia menengadahkan kepala sambil berkata “Mengapa engkau pergi tanpa diriku? Ijinkanlah aku untuk menemani perdaganganmu ini, wahai paman tercinta”.
Semula memang tidak terlintas dalam benaknya untuk mengajak kemenakannya itu, karena mengingat sulitnya medan perjalanan yang akan ditempuh yaitu menyebrangi padang pasir yang gersang dan tandus, belum lagi cuaca dan bahaya yang setiap saat mengintai. Mendengar permintaan sang Nabi, luruh juga hati Abu Thalib. Sang Nabi menampakkan wajah kesungguhan bahwa ia mampu melakukan ekspedisi ini. Pertimbangan lain yang membuat Abu Thalib mengizinkan sang Nabi untuk ikut berdagang yaitu Ia adalah remaja yang tangguh, penuh disiplin, tidak pemalas, sopan dan mudah diajak kerjasama.
Berhari-hari sudah kafilah itu berjalan, siang-malam melintasi gurun sahara yang kering, tandus dan panas. Sungguh perjalanan yang berat, namun sang Nabi menampakkan sikap ketegarannya bahwa ia mampu melewati perjalanan ini. Ia tetap duduk diam sambil mengamati luasnya gurung sahara di belakang sang paman yang memegang kendali untanya.
Melalui perjalanan inilah sang Nabi kemudian mulai melakukan pencarian diri dan pencarian Tuhan dengan melontarkan berbagai macam pertanyaan ke dalam dirinya sendiri. Mengapa manusia tidak berdaya sama sekali, baik secara sendiri maupun dengan kelompok ketika berhadapan dengan alam semesta yang luas ini? Siapakah yang menciptakan alam yang sangat luas ini? Bagaimana ia menundukkan alam ini? Adakah Tuhan selain Lata dan Uzza yang disembah oleh orang-orang Quraisy yang menundukkan alam ini? Siapakah Dia? Tanpa menyadari pertanyaan-pertanyaan yang terlontar di hati sang Nabi, ia pun yakin bahwa kepercayaan orang-orang Mekkah pada berhala adalah sebuah kebodohan yang nyata. Sebuah agama yang sangat tidak masuk akal. Mengapa sebuah patung yang dibuat sendiri oleh tangan manusia, mampu berkuasa pada tuan pembuatnya.
Dalam perjalanan ini pulalah Allah membiarkan sang Nabi bersentuhan langsung dengan alam yang dihiasi dengan berbagai macam kehidupan di dunia ini. Telinganya yang tajam mendengar cerita-cerita orang Arab dan penduduk pedalaman tentang sejarah masa lampau mereka, tradisi dan kehidupan mereka, bangunan-bangunan mereka. Dilaluinya daerah-daerah seperti Madyan, Wadi’l Qura serta peninggalan Thamud lengkap dengan cerita mengenai bangunan tersebut. Inilah rahasia dibalik keyatim piatuannya itu, Allah hendak mengajarkan kepada san Nabi tentang kehidupan, alam semesta beserta penciptanya.
Setelah berhari-hari berjalan, rombongan kafilah itu tibalah di Busra, suatu tempat di Timur Urdun, sebelah selatan Syam. Kebahagiaan yang mereka rasakan karena bisa berdagang di tempat ini. Di tempat ini jugalah para pedagang Romawi biasa datang untuk tukar-menukar dagangan dengan orang-orang Arab. Di tempat ini pulalah dalam sebuah hikayat diceritakan berdiam seorang hanif, yaitu pendeta Nasrani yang bernama Bahira. Bahira ketika melihat pertama kali wajah dan perilaku Muhammad, ia langsung mengenalinya sebagai calon Nabi, utusan Allah yang akan menyebarkan risalah-Nya ke segala penjuru dunia.
Bahira sengaja mendudukkan Muhammad kecil disampingnya, sehingga ia bebas bertanya kepadanya. “Demi Latta dan Uzza maupun Hubal, bersediakah engkau memberi keterangan yang bena?”. Tanya Bahira dengan hati-hati. Mendengar kata-kata Bahira, Muhammad memalingkan wajah dan melihat langsung kedua mata Bahira. Sorot matanya yang tegas dan menyiratkan tentang ketidaksenangannya mendengar kata-kata Bahira. “Janganlah Anda menanyakan sesuatu kepadaku dengan menyebut demi Latta dan Uzza. Ketahuilah tiada yang paling Aku benci kecuali berhala-berhala itu. Berbicaralah hanya menyebut demi Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta ini”.
Bahira tersentak mendengar jawaban lugas dan tidak pernah diduga itu. Ia kemudian memandangi Muhammad. Ia sangat kaget seorang Muhammad kecil mampu berbicara dan memahami masalah tauhid. “Bagaimana mungkin anak sekecil ini telah memahami masalah tauhid?”. Pikirnya.
“Baiklah, demi Tuhan Pencipta Alam Semesta, bersediakah engkau memberi keterangan yang benar?”. Bahira kemudian mempersilahkan Muhammad menjelaskan apa yang dimintanya.
Kemudian antara Bahira dan Muhammad terlibat pembicaraan serisu. Tapi sayang sekali para ahli sejarah tidak memiliki catatatan lengkap tentang percakapan tersebut. Kemungkinan besar Bahira tidak mau mengungkapkan apa yang telah diketahuinya mengenai tanda-tanda kenabian dalam diri seseorang. Sedangkan Nabi Muhammad sendiri menganggap pembicaraan ini tidak begitu terlalu penting, sehingga beliau tidak pernah membicarakannya kembali, baik sesudah itu maupun bertahun-tahun tak kala Ia telah menjadi Nabi dan Rasul Allah SWT. Baginya, masalah tanda-tanda kenabian dirinya tidak perlu dipermasalahkan. Justru masalah kenabian itu sendiri yang lebih penting untuk dikaji.
Kemudian, disaat Nabi Muhammad saw. memasuki usia 20 tahun, Ia dan pamannya Abu Thalib mengahadiri pertemuan penting dalam sejarah Arab dan aktivitas hak asasi manusia (HAM) sedunia yang disebut dengan Halful Fudhul. Sejarawan menyebutkan bahwa ada seorang saudagar dari suku Bani Zubaid telah menjual suatu komiditi kepada salah seorang suku Quraisy yang bernama Ash ibn Wa’il as-Sahmi. Namun ia tidak berdaya untuk mendapatkan pembayaran dari penjualan tersebut.
Saudagar it meminta bantuan kepada salah seorang pemuka Quraisy dan orang-orang terkemuka dari suku lainnya guna mendapatkan haknya itu. Namun ternyata mereka tidak begitu serius menangani kasusnya itu. Tak kala saudagar itu telah putus asa, ia berdiri di tengah-tengah orang banyak disamping Ka’bah, disaat semua orang sedang berkumpul, melontarkan beberapa bait syair keluhan tentang kezaliman yang telah menimpa dirinya. Dalam bait syair itu, ia menyatakan keheranan dan tidak ada orang yang mau menolongnya untuk mendapatkan apa yang telah menjadi haknya.
Bergeraklah antusias beberapa orang yang nalurinya benci terhadap kezholiman. Mereka sepakat secara bersama-sama untuk menyatakan sumpah kehormatan diantara mereka yang isinya menolak kezholiman, membela orang-orang yang teraniaya dan menegakkan keadilan di Mekkah. Pertemuan itu pun diadakan di rumah Abdullah ibn Jid’an, salah satu pemuka Quraisy karena menghargai usia dan kedudukannya dimasyarakat. Pertemuan itu dihadiri oleh perwakilan-perwakilan berbagai suku ternama, antara lain : Bani Hasyim, Bani Muthalib, Bani Asad ibn Abdul ‘Uza, Zuhrah ibn Kilab dan Taim ibn Murrah.
Para pemuka Quraisy di atas sepakat dan saling mengikrarkan janji dan selalu berdiri bersama-sama, bahwa siapa pun yang teraniaya baik dari penduduk kota Mekkah maupun yang datang dari luar, mereka akan selalu berada dipihak orang yang teraniaya sampai ia tertolong.
Sang pemuda Muhammad ikut hadir sebagai salah satu perwakilan dari Bani Hasyim dalam pertemuan bersejarah yang disebut oleh orang-orang Quraisy Halful Fudhuul. Setelah Allah mengangkat beliau menjadi Nabi, ia teringat dengan pertemua itu. Ia berkata dalam bentuk pujian  “Bersama paman-pamanku, aku pernah menyaksikan sebuah sumpah di rumah Abdullah ibn Jid’an, dan aku tidak suka mengganti fakta yang kuhadiri itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak pasti aku kabulkan”.
Pada saat usia Nabi Muhammad saw. memasuki 25 tahun, kredibilitas dan reputasinya di kota Mekkah sangat baik. Ia dikenal sebagai pemuda yang baik, terhormat, jujur, tidak pernah berdusta dan amanah. Reputasi ini berhasil menarik perhatian salah seorang wanita kota Mekkah yang kaya raya, terpandang, terhormat dan sangat sukses dalam menjalankan bisnis perdagangan, yang kelak menjadi istri Nabi Muhammad saw. sekaligus menjadi pemeluk agama Islam yang pertama.
Betapa mulia dan agungnya Nabi kita Muhammad saw. sehingga orang-orang Quraisy pun simpatik kepadanya. Bergembiralah kita umat Islam yang mempunyai seorang Nabi yang kasih sayangnya kepada umat tidak akan pernah sirna ditelan zaman. Sepatutnya kita mengidolakan Beliau dan bukan mengidolakan orang lain terlebih jika ia hanya seorang artis biasa. Nabi Muhammad saw. adalah juga seorang artis yang namanya tidak akan pernah dilupakan oleh zaman, cahanya di atas cahaya, seluruh penduduk langit dan bumi takjub kepadanya. Beruntunglah bagi orang-orang yang mengidolakan Beliau dan menjalankan sunnah-sunnah Beliau. Merugilah orang-orang yang tidak mengidolakan Beliau apalagi membenci dan tidak menjalankan seunnah-sunnahnya. Semoga salam dan salam selalu tercurah kepadanya hingga akhir zaman. Aamiin. 


 
Akhlak Nabi Muhammad SAW

Dari semenjak Nabi Adam sampai dengan Nabi Muhammad saw. risalah kenabian yang diemban adalah menyampaikan peringatan dan kabar gembira kepada umat manusia, yang misinya adalah menyampaikan wahyu Allah secara terus-menerus. Ajaran yang diterima oleh Nabi dan Rasul-Nya sangat penting untuk disampaikan kepada umat manusia karena di dalamnya mengandung kebenaran dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam menyampaikan risalah kenabian tidaklah berjalan dengan mulus. Fitnah, cacian dan penghinaan adalah sebuah tantangan yang harus dilalui. Namun, Rasulullah yakin bahwa apa yang disampaikannya itu benar karena bersumber dari Yang Maha Benar, sehingga Ia akan menyampaikannya meskipun harus melalui ujian tersebut.
Pada dasarnya Rasulullah bukanlah seorang yang agresif dan suka menonjolkan diri. Sebaliknya dengan mempelajari kehidupan Rasullah terutama dari segi akhlaknya, kita akan menemukan berbagai macam keajaiban. Rasulullah saw. suka merenung, tidak suka mencampuri urusan orang lain, suka membantu orang lain, dan suka menyendiri. Namun, karena ia sangat prihatin dalam menyaksikan situasi yang kacau balau tentang perilaku manusia di sekelilingnya, batinnya pun memaksa ia untuk terjun dalam arena sejarah.
Selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah saw. berhasil menyampaikan risalah kenabian itu. Apakah pada masa menyampaikan risalah kenabian atau setelah meraih kemenangan yang gemilang Rasulullah saw meninggalkan akhlaknya?
Kemenangan-kemenangan yang diraih oleh Rasulullah saw beserta kaum Muslimin dalam melawan kafir Quraisy tidak merubah apalagi meninggalkan akhlak Nabi. Sepanjang perjalanan, sifat fathonah, amanah, siddiqh, dan tabligh (FAST) Rasulullah saw tetap menjadi teladan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Al-Qur’an, hadits-hadits, dan para ahli sejarah banyak memberikan penjelasan kepada kita tentang kepribadian Rasulullah saw. namun pada kesempatan ini, penulis hanya akan memberikan beberapa contoh akhlak Rasulullah saw.
Pada masa anak-anak sampai Ia wafat, menurut para sahabat dan ahli sejarah Islam mengatakan bahwa Rasulullah saw. sedikit pun tidak pernah berdusta, ini merupakan sebuah bentuk keistimewaan yang sangat luar biasa karena yang membimbing Beliau adalah Sang Maha Jujur. Nabi adalah sosok yang terkenal pemurah dan dermawan. Abdullah ibn Abbas berkata, “Rasulullah adalah orang yang paling pemurah dalam hal kebaikan, terlebih khusus dalam bulan Ramadhan”. (HR. Muslim).
Meskipun Ia adalah seorang Nabi dan sekaligus seorang Rasul Allah, ia tetap dermawan dan tidak pelit terhadap umatnya. Anas ibn Malik mengatakan “Rasulullah tidak pernah dimintai sesuatu oleh orang lain, melainkan Beliau akan memenuhinya”. Selanjutnya Anas mengatakan, “Suatu ketika ada seorang laki-laki yang menemui Nabi, lalu beliau memberikan seekor Domba kepada orang itu. Lalu orang tersebut pulang ke kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam agama Islam, karena sesungguhnya Nabi Muhammad saw. bersifat pemurah dan Beliau tidak jatuh miskin”. (HR. Muslim).
Subehanallah, begitu mulianya akhlak seorang Nabi kekasih Allah, ia memberikan seekor domba kepada seseorang yang meminta kepada Beliau. Allah Yang Maha Membalas ternyata membalas sifat pemurah Beliau dengan memberikan hidayah kepada orang tersebut beserta kaumnya untuk memeluk agama Islam. Kebaikan akan selalu berbuah kebaikan, maka berbuat baiklah karna Allah Yang Maha Baik akan membalas kebaikan kita.
Rasulullah saw. diutus oleh Allah ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Tidak sepantasnyalah kita umat Islam mengambil contoh akhlak orang lain selain akhlak Beliau. Nabi adalah teladan yang agung yang tidak akan pernah ditelan oleh zaman dan waktu. Rasulullah saw. tidak pernah menggunakan harta milik publik utnuk kepentingan diri sendiri dan keluarganya. Asiyah ra. pernah berbincang-bincang dengan kemenakannya Urwah. Aisyah ra. mengatakan “wahai Urwah, demi Allah, bila kita saksikan bulan sabit, kemudian bulan sabit berikutnya dan tiga bulan sabit berlalu dalam dua bulan, maka selama itu asap di dapur rumah isteri-isteri Rasul tidak pernah mengepul untuk memasak suatu makanan”. Lantas, apa yang kalian makan wahai bibiku? Tanya Urwah. Asiyah ra. menjawab “Al-Aswadaan : Korma dan air. Akan tetapi, Rasulullah mempunyai tetangga dari kalangan Anshar. Mereka mempunyai hewa ternak berupa unta dan domba. Mereka rutin mengirimkan susu perahannya kepada Rasul, lalu Rasul memberikannya kepada kami”.
Akhlak Beliau selanjutnya yang wajib diteladani adalah komitmen penuh terhadap kejujuran dan kebenaran. Sehingga pada masa remja Beliau telah mendapat gelar Al-Amiin (terpercaya) dari masyarakat arab. Beliau menegaskan hali itu dalam sabdanya : “Hendaklah kamu berpegang kepada kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran itu memimpin kepada kebaktian dan kebaktian itu membawa ke surga (kebahagiaan), dan hendaklah tetap seseorang itu bersifat benar dan memilih kebenaran hingga dia tertulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Dan hendaklah kamu jauhi kedustaan, karena sesungguhnya kedustaan itu memimpin kepada kedurhakaan, dan kedurhakaan membawa ke neraka (kehancuran), dan janganlah seseorang itu tetap berdusta dan memilih kedustaan hingga tertulis di sisi Allah sebagai pendusta”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Komitmen Beliau yang terus-menerus dijaga untuk selalu jujur dan memegang kebenaran telah membentuk karakter yang kuat dalam diri Beliau, karakter pemimpin yang adil dan memihak kepada kebenaran. Beliau menjadi pemimpin yang dicintai karena Beliau selalu mencintai orang-orang yang dipimpinnya.
Suatu hari, Umar ibn Khattab datang menemui Rasulullah saw. saat itu Rasulullah sedang duduk di atas karpet yang berukuran kecil dan mengenakan kain sarung. Ia melihat karpet yang diduduki Rasulullah sudah lapuk dimakan usia. Selain itu, ia juga melihat persediaan gandum di rumah Rasulullah tinggal sedikit. Karena itu, Umar menangis. Tatkala Rasulullah menanyakan kepada Umar apa yang membuat ia menangis, ia menjawab “Wahai Nabi Allah, bagaimana mungkin aku tidak menangis sementara aku melihat karpet yang engkau duduki sudah seperti ini dan aku melihat juga persediaan gandungmu sudah menipis. Sementara itu, Kisra Persia dan Qaisar Romawi hidup dalam kemewahan, padahal engkau seorang Nabi dan hamba pilihan Allah. Kemudian Nabi menjawab, “Wahai ibn Khattab, tidakkah kamu rela kehidupan ukhrawi untuk kita dan kehidupan duniawi untuk mereka?’’.
Hal ini bukan berarti Rasulullah tidak menaruh perhatian terhadap kemewahan dunia. Tapi, Rasulullah memberikan contoh kepada kita semua tentang kesederhanaan dalam menjalani kehidupan, bersikap rendah hati, dan tidak membelanjakan harta untuk hal-hal yang tidak penting dan bermanfaat, serta memberikan contoh dan teladan bagi para pemimpin yang diserahi amanat untuk senantiasa berjuang bagi rakyat.  Beliau memahami bahwa kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan sementara dan akan ditinggalkan, sedangkan kehidupan akhirat adalah kesenangan yang hakiki. Beliau hanya mengharap kemuliaan dan derajat yang tinggi di sisi Allah.
Nabi Muhammad saw. adalah peribadi yang rendah hati. Anas ibn Malik berkata, “Aku melayani/membantu Rasulullah selama 10 tahun. Selama itu, aku tidak pernah mendengar Beliau mengatakan ‘ah’ dan mengatakan mengapa engkau berbuat begini dan tidak berbuat seperti itu”. Masih dari Anas ibn Malik, ia berkata, “bila Rasulullah menjabat tangan seseorang atau ada orang yang menjabat tangannya, maka Beliau tidak akan melepaskannya sebelum orang itu melepaskannya  terlebih dahulu. Dan bila ada orang yang menemuinya, maka Beliau tidak akan memalingkan wajahnya sebelum orang itu pergi”.
Nabi Muhammad saw. pernah berpesan supaya memberi kemudahan kepada orang lain dan memilih yang termudah di antara dua hal, selama itu bukan dosa. ‘Aisyah pernah mengatakan, “Rasulullah tidak memilih diantara dua dua hal/perkara, kecuali Beliau akan memilih yang termudah diantara keduanya, selama hal itu bukah dosa. Bila hal itu merupakan dosa, maka Beliaulah orang yang paling pertama menjauhinya. Rasulullah tidak pernah menuntut balas untuk dirinya, kecuali bila kehormatan-kehormatan Allah swt. dirusak atau dilanggar”. (HR. Muslim). 
Nabi adalah sosok peribadi yang terkenal pemalu, menghormati orang lain, dan menjauhi kata-kata yang tidak berguna dalam pembicaraannya. Beliau menganjurkan orang lain agar menghiasi diri dengan akhlak yang mulia dan menjadikan akhlak yang mulia sebagai salah satu ajaran pokok dalam Islam. Dirawikan dari Sa’id al-Khudri, ia berkata : “Adalah Rasulullah saw lebih pemalu dari gadis pingitan. Bila melihat sesuatu yang tidak disukainya, kami dapat mengetahuinya dari rona wajah Beliau”. (HR. Muslim).
Nabi Muhammad saw. berpesan supaya berbuat baik kepada tetangga, memuliakan tamu, dan berkata baik. Beliau bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. (HR. Muslim).
Nabi Muhammad saw. melarang perbuatan yang menyakiti dan menyiksa orang lain serta mewanti-wanti agar tidak melakukan perbuatan semacam ini. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah akan menyiksa mereka yang suka menyiksa orang lain selama di dunia”(HR. Muslim).
Rasulullah telah mengikrarkan hidupnya untuk mengeluarkan manusia dari lembah kehinaan menuju kemuliaan dengan pronsip nilai-nilai keimanan, keadilan, kasih-sayang, kebebasan beragama dan semua itu dibingkai dengan akhlak yang terpuji. Rasulullah saw. telah memberikan teladan bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini khususnya umat Islam, kapan dan di mana saja ia berada, hendaklah menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah. Sebab dengan mencontoh Beliau-lah hidup kita akan bahagia dan dipenuhi dengan rahmat Allah, sekaligus menjadi kunci rahasia tersebarnya ajaran agama Islam ke seluruh penjuru dunia, yang tersebar dari masa-masa ke masa dan dari generasi ke generasi selanjutnya. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Allah Rasulullah Muhammad saw, para sahabat, keluarga Beliau dan kita umat Islam yang senantiasa konsisten dalam menjalankan sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman. Semoga kita umat Islam yang mencintai Nabi Muhammad saw. dapat dikumpulkan oleh Allah bersamanya kelak di hari kemudian. Amiin ya Rabbal Alamiin.
Bersambung.....................................................................................................................................................................


Penulis : Muhammad Yusuf, SE
Sekretaris Majelis Musyawarah MPM Daarul Arqam STIE PB Palu



Tidak ada komentar:

Posting Komentar